Bondan sedang mengumpulkan mangga-mangga perolehannya di kebun ketika Parto mencarinya.
" Hai, Bondan !", seru Parto seraya menghampirinya.
" Hai... Sudah siapkah kamu, To? "
" Tentu sudah. Saya bawa jambu".
" Bagus. Sekarang bantu aku dulu mencuci mangga-mangga ini di sumur. Dan yang pecah itu bisa kamu makan."
Kedua sahabat itupun lalu membawanya ke sumur dan mencucinya. Ada sebelas biji mangga besar-besar dan tiga yang pecah.
" Nymm.... tentu Pak Joko nanti akan senang hatinya dengan buah-buah bawaan kita ini ya, Bon,"
celoteh Parto sambil menyantap mangga yang telah dibubuhi garam itu.
" Mudah-mudahan beliau lekas sembuh, dan bisa mengajar kita lagi."
" Dan mudah-mudahan juga, kelak bila kita ulangan diberi nilai delapan."
" Hush, ngawur saja kamu! Itu tandanya kamu tidak ikhlas dengan apa yang kamu sampaikan padanya. Seperti pepatah: ada udang di balik batu."
" He-he-he.... kalau udangnya di balik rempeyek memang aku suka, Bon."
Pak Joko adalah guru olah raga Bondan dan Parto. Pagi tadi beliau tidak bisa hadir di sekolah, diberitakan mengalami musibah kecelakaan lalu lintas. Tapi tidak parah. Hanya sikunya sedikit lecet, dan butuh istirahat untuk ketenangan.
Bondan dan Parto yang tidak seberapa jauh rumahnya dengan tempat tinggal Pak Joko, hari itu telah bersepakat menjenguknya.
Maka setelah semuanya beres di kemas, kedua sahabat itupun berangkat dengan berboncengan menaiki sepeda Parto.
" Aku berani bertaruh, Bon... kitalah nanti yang menjadi murid kesayangan Pak Joko. Soalnya kitalah yang mau menjenguknya."
" Huh, kamu To.... To. Disayangi atau tidak itu tergantung sikapmu. Kalau kamu rajin belajar dan tidak mbolosan, tentu tak hanya Pak Joko yang sayang padamu. Tapi semua guru dan bahkan semua murid akan baik padamu."
Setiba di tempat kediaman Pak Joko ternyata sudah ada teman-temannya yang lain yang juga menjenguk Pak Joko. Antara lain Norman, Slamet, Ucok dan Haris.
" Wah, Bon, kita kedahuluan !" bisik Parto.
" Mangkanya.... jangan sok !"
Bondan dan Parto diterima dengan baik oleh Pak Joko.Juga beliau mengucapkan terimakasih atas oleh-olehnya. Namun sebentar kemudian, datang lagi rombongan murid yang lain yang juga mau menjenguk Pak Joko. Di antar oleh seorang Ibu Guru, teman Pak Joko, sebagai wakil dari sekolah.
Terpaksa Pak Joko menggelar sejumlah tikar untuk menerima kehadiran tamu-tamu kecil, muridnya itu.
Karena, tempat duduk tidak mencukupi. Mereka semua akhirnya duduk melingkar di tikar. Semua bawaan murid-murid, sengaja ditaruh di tengah-tengah oleh Pak Joko. Persis orang mau bancaan.
" Sebelumnya saya panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa," demikian Pak Joko memulai sambutannya.
" Saya merasa, kecelakaan kecil yang menimpa saya ini, membawa berkah. Kebetulan sekali tepat hari ini adalah hari ulang tahun saya. Maka hari ini pulalah saya merayakannya dan dengan saya beri tema bah-wa-kah, yang artinya: musibah yang membawa berkah...."
Riuh tawa memenuhi segenap ruangan. Jadinya acaranya berubah menjadi acara bahagia. Dengan hidangan yang telah di bawa sendiri oleh murid-murid itu. Maka sambil bertepuk tangan, mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk pak guru. Pak Joko, mengucapkan terimakasih kepada semuanya.
" Wah, Bon, ya baru kali ini aku menjumpai acara 'bahwakah'," ujar Parto sepulang dari menghadiri Ul-Tah pak gurunya.
" Itulah keberuntungan namanya.... Yang dianugerahkan Tuhan kepada orang yang mau bersyukur."