Renungan - Menemukan Tujuan Hidup dalam Kebosanan
Oleh: Henry Sujaya LieSuatu hari di pinggir jalan Orchard. Saya dan seorang sobat. Kami saling berbincang tentang irama kerja yang sangat cepat dan melelahkan di kota kosmopolitan modern, Singapura.
Letih.
Dan rasanya - paling tidak bagi saya - seperti kehilangan arah sesaat. Masing-masing bertanya dan bergumul. Pertanyaan-pertanyaan yang entah mungkin juga dipertanyakan ribuan, jutaan anak Tuhan. Anak-anak Tuhan yang bergumul di dunia kerja. Dunia "sekuler", istilahnya.
"Rasanya seperti belum melakukan apa-apa dan tidak mampu melakukan apa-apa," ujar sobat saya agak kecewa.
Ya, berapa banyak dari kita yang seringkali merasa kehilangan arah? Tenggelam dalam rutinitas dan kebosanan? Dan mulai bertanya-tanya, di sini sajakah panggilan Tuhan berakhir? Di tengah tumpukan kertas dan kerja?
Namun kisah Natal menceritakan tentang sebuah peristiwa yang menarik. Sebuah momen di padang yang sunyi dan gelap. Di situ sekelompok gembala melakukan rutinitas pekerjaan mereka yang membosankan. Di situ sekelompok gembala menghitung lembar-lembar rumput hari demi hari.
Setiap hari. Sepertinya tidak ada yang istimewa dalam hidup mereka. Mungkin mereka juga mulai bertanya-tanya apa tujuan hidup mereka di padang rumput tiap-tiap hari.
Tapi malam itu, di tengah rutinitas dan kesibukan keseharian mereka, ada sesuatu yang lain. Para malaikat tiba-tiba hadir menyatakan kemegahan dan kemuliaan Illahi. Sebuah paduan suara yang tentu jauh lebih dahsyat dari konser Messiah-nya Handell. Di sanalah di tengah hari-hari biasa mereka Allah menyatakan tujuan hidup mereka!
Sebuah peristiwa di padang yang sepi dan gelap....oh, bukan di Sinagoga yang ramai dikunjungi orang penting? Dan kepada para gembala yang tidak tahu sekolah Alkitab ...oh, bukan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi?
Malaikat-malaikat itu cuma datang kepada orang biasa?
Ya, Lukas menuliskan demikian. Meninggalkan pesan buat kita, supaya nyata kalau Allah setia. Dia menyatakan tujuan dan panggilanNya pada saat kita setia padaNya dalam keseharian kita.
Alkitab tidak lelah bercerita tentang orang-orang yang menemukan tujuan dan panggilan mereka dalam kesetiaan mereka dalam keseharian mereka. Musa dipanggil Allah di saat yang tak pernah diduganya, pada saat dia menjadi gembala di padang Median. Yusuf menemukan tujuannya pada momen-momen yang sepertinya hopeless di penjara. Tapi dia tidak pernah putus menaruh harap padaNya. Ester dipakai Allah dalam suatu perkara besar yang mungkin tidak pernah dibayangkannya. Kapan? Dimulai dari saat dia menjadi 'beauty pageant' sampai dia menjadi ratu. Semua itu adalah dunia 'sekuler'. Tapi justru di dunia sekuler itulah Allah berteriak dan menyatakan panggilanNya.
Tantangan hamba Tuhan yang bekerja di dunia "sekuler" justru tidak mudah. Karena dunia punya aturannya sendiri. Dunia pembukuan mengenal "pembukuan ganda". Dunia pembelian mengenal komisi dan "uang pelicin". Dunia produksi mengenal "perbudakan terselubung". Dunia hukum mengenal KUHP atau "Kasih Uang Habis Perkara". Bagaimana hendak tegar menghadapi semua ini dan tetap mengikuti kehendak Tuhan? Bagaimana menantang aturan dunia dan mengkonfrontasikannya dengan aturan Allah? Ya, itulah pergumulan kebanyakan anak-anak Tuhan yang bekerja di dunia sekuler, yang secara statistik tentu lebih banyak jumlahnya daripada anak-anak Tuhan yang terjun full time.
Jadi kuncinya adalah mendengar dan taat kepada suara Allah yang memanggil kita, dimanapun kita ditempatkan. Dia yang menuntun kita, tahu jalan-jalan kita. Everything in life has a purpose and our purpose is constantly calling us out… Dan Allah bekerja mengorkestrakan segalaaaaaa kejadian yang terjadi dalam hidup kita…merangkainya….menenunnya menjadi sebuah masterpiece yang luar biasa indaaaaaah.
Pada saatnya kita akan melihatnya. Seperti rumput-rumput di padang. Rumput-rumput biasa yang hanya bergoyang oleh angin. Malam Natal itu mereka bersinar-sinar memantulkan kemuliaan megahnya bala tentara sorgawi.
Dia tahu dan mengendalikan waktu. Dia memanggil dan menempatkan kita sesuai waktu, hikmat dan rencanaNya. Bagian kita untuk setia dan terus menerus mendengar dan mencariNya di tumpukan kerja dan kertas.....
Sumber: email
Kumpulan Renungan Harian